Friday, April 26, 2013

Taubat

Artikel ini merupakan langkah pertama dari sebuah buku yang berjudul Mempertajam Mata Bathin dan Indra Keenam karya Imam Al Ghozali.

Untuk mencapai puncak ma'rifat dan menjadikan mata bathin awas dalam memandang segala yang ghaib, maka tahapan awal yang harus ditempuh adalah taubat.

Sesungguhnya setiap saat, manusia berbuat dosa, baik kecil maupun besar, baik disadari maupun tidak disadari. Dosa-dosa itu ibarat debu yang menempel pada mata hati. Apabila dibiarkan akan menjadi gelap dan hati sama sekali tertutup. Sehingga, hati tertutup dari kebenaran. Kalau sudah demikian, maka mata hati menjadi gelap. Pikiran-pikiran kotor dan jahat memenuhinya setiap saat.

Sedangkan untuk dapat memberdayakan mata bathin dalam memandang keajaiban, diperlukan hati yang bersih. Hati ibarat cermin, jika tertutup debu maka tak akan mampu menampakkan bayangan. Jika cermin bersih, bayangan akan tampak jelas. Jika hati bersih, maka mata bathin dapat menembus keajaiban-keajaiban. Inilah yang disebut karomah.

Langkah pertama sekali yang harus ditempuh sebagai riyadha (latihan ruhani) adalah taubat. Dalam pandangan sufi, yang menyebabkan manusia jauh dari Allah adalah karena dia berbuat dosa. Dosa mengotori hati, sehingga hati berkerak, tidak bisa melihat keajaiban-keajaiban yang datangnya dari Allah. Para nabi menerima wahyu karena hati mereka bersih dari dosa. Sedangkan manusia, jika bersih dari dosa, tidak ada hijab (pembatas) antara dirinya dengan sang khaliq, ia mudah menerima ilham. 

Taubat baru dapat dianggap sebagai penghapus dosa jika memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut:
  1. Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan.
  2. Meninggalkan perbuatan maksiat tersebut.
  3. Bertekad sepenuh hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat tersebut.
  4. Jika maksiat tersebut berkaitan dengan harta, maka diharuskan mengembalikan harta tersebut kepada pemilikinya. Jika pemiliknya tidak ada, maka kepada ahli warisnya, dan jika ahli warisnya tidak di jumpai, dikembalikan kepada Allah dengan memberikan kepada sabilillah. Jika maksiat tersebut menyangkut kehormatan seseorang, maka orang bertaubat harus meminta maaf.

No comments:

Post a Comment