Artikel ini merupakan lanjutan dari sebuah buku yang berjudul Mempertajam Mata Bathin dan Indra Keenam karya Imam Al Ghozali, dimana pada artikel sebelum nya dijelaskan mengenai Taubat.
Mujahadah
Riyadhah (latihan) berikutnya ialah bermujahadah, artinya berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam perjuangan. Meskipun seseorang telah melewati jalan taubat, tetapi jika tidak bermujahadah, maka tak mungkin mampu mempertajam mata bathinnya. Maka, mujahadah merupakan syarat yang tidak boleh diabaikan.
Mujahadah sebagai amalan, baik lahir maupun batin. Tujuan nya untuk mencapai karunia Allah. Karunia itu bisa berupa mahabbatullah, ilmu mukasyafah, musyahadah,dan yang terakhir dalam mencapai maqam ma'rifatullah. Jika seseorang telah mencapai maqam ini, maka daya batinnya dapat diberdayakan secara maksimal.
Kata mujahadah di ambil dari ayat-ayat Al Qur'an, misalnya :
(وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (٦٩
Mereka yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. (QS. Al Ankabut 69)
Hal ini bermakna bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalm perjuangan dalam memlihara diri dari berbuat dosa kembali. Bersungguh-sungguh dalam perjuangan untuk berpindah dari kebiasaan buruk kepada kebiasaan mulia dan menguntungkan. Bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu,karena hawa nafsu cenderung mengajak kepada keburukan dan dosa.
Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu dan diangkat menjadi rasul Allah tidak serta merta begitu saja. Melainkan, beliau telah melalui mujahadah (perjuangan) berupaya secara terus menerus menjaga diri dari perbuatan buruk, terus menerus pula berusaha menghiasi akhlaknya dengan kebaikan. Kearifan dan kecerdasannya dalam bertindak maupun berpikir secara benar, yang kemudian mengantarkan beliau pada maqam tertinggi di antara para manusia.
Maka jangan dikira mujahadah itu datang dengan begitu saja. Jangan dikira ketajaman mata bathin itu dapat diraih seseorang dengan serta merta, karena untuk mencapai itu semua harus lah di dorong dengan kesungguhan serta perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hal ini bermakna bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalm perjuangan dalam memlihara diri dari berbuat dosa kembali. Bersungguh-sungguh dalam perjuangan untuk berpindah dari kebiasaan buruk kepada kebiasaan mulia dan menguntungkan. Bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu,karena hawa nafsu cenderung mengajak kepada keburukan dan dosa.
Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu dan diangkat menjadi rasul Allah tidak serta merta begitu saja. Melainkan, beliau telah melalui mujahadah (perjuangan) berupaya secara terus menerus menjaga diri dari perbuatan buruk, terus menerus pula berusaha menghiasi akhlaknya dengan kebaikan. Kearifan dan kecerdasannya dalam bertindak maupun berpikir secara benar, yang kemudian mengantarkan beliau pada maqam tertinggi di antara para manusia.
Maka jangan dikira mujahadah itu datang dengan begitu saja. Jangan dikira ketajaman mata bathin itu dapat diraih seseorang dengan serta merta, karena untuk mencapai itu semua harus lah di dorong dengan kesungguhan serta perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
No comments:
Post a Comment